Paraguay adalah negara kecil di Amerika Selatan yang terletak di antara Brasil, Bolivia, dan Argentina. Itu terkurung daratan dan tidak memiliki pantai seperti itu. Meskipun demikian, ada cukup banyak turis di tanahnya, termasuk turis Rusia. Dalam keadaan ini, sesuatu yang lain berharga. Paraguay menarik dengan warna alam liar dan kesempatan untuk melihat dengan mata kepala sendiri kehidupan primitif orang India.
Akhir-akhir ini, negara Amerika Latin ini sedang resah. Pada tanggal 23 Juni 2012, parlemen lokal memakzulkan Presiden Fernando Lugo dan memaksanya untuk mengundurkan diri. Sebuah revolusi sedang terjadi di negara ini. Sehubungan dengan situasi yang bergejolak seperti itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyarankan warganya untuk menunda perjalanan ke negara ini untuk sementara waktu.
Anggota parlemen menuduh Fernando Lugo salah perhitungan dalam menyelesaikan situasi dengan petani tak bertanah yang tinggal di provinsi Canindeiu, Paraguay. Pada 18 Juni 2012, mereka menyita tanah milik salah satu pengusaha kaya mereka. Sekitar tiga ratus polisi mencoba mengusir para petani dari wilayah pendudukan. Bentrokan itu menewaskan 17 orang, 7 di antaranya polisi.
Setelah pengunduran diri Lugo, kekuasaan pemimpin negara itu, menurut hukum setempat, untuk sementara dialihkan ke Wakil Presiden Federico Franco. Ia harus tetap menjabat hingga akhir masa jabatan presiden Fernando Lugo, yakni hingga Agustus 2013. Lugo sendiri menyebut pengunduran dirinya sebagai kudeta parlementer, yang dengan cerdik disamarkan sebagai prosedur yang sah secara hukum.
Keputusan parlemen memicu bentrokan di ibu kota Paraguay antara pendukung presiden yang digulingkan dan polisi berkuda. Untuk memulihkan ketertiban, polisi bahkan harus menggunakan meriam air.
Para pemimpin Amerika Latin seperti Argentina, Chili, Venezuela, Brasil, Ekuador, dan Bolivia dengan cepat menyebut Paraguay sebagai kudeta. Selain itu, banyak dari mereka telah menyatakan keengganan mereka untuk mengakui pemerintahan baru. Para pemimpin negara sepakat untuk mengembangkan rencana aksi bersama. Sebagai protes, mereka telah mengeluarkan dekrit untuk mengirim duta besar mereka keluar dari Paraguay. Presiden Venezuela Hugo Chavez bahkan melangkah lebih jauh dan memerintahkan untuk menghentikan pasokan "emas hitam" ke Paraguay.
Sementara itu, pemerintahan Franco diakui sah oleh Jerman, Spanyol dan Kanada. Meskipun demikian, dan fakta bahwa tidak ada protes massal di negara itu, dalam waktu dekat lebih baik menahan diri untuk tidak bepergian ke Paraguay sampai situasi sosial-politik benar-benar normal.